Dari Sahabat yang mulia Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ’anhu, dia
berkata, ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda kepada kami
dan beliau adalah orang yang selalu jujur dan dibenarkan:
إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِى بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ يَكُونُ فِى ذَلِكَ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُونُ فِى ذَلِكَ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِىٌّ أَوْ سَعِيدٌ فَوَالَّذِى لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُها
“Sesungguhnya setiap orang diantara kalian dikumpulkan kejadiannya di
dalam rahim ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk nuthfah(air mani),
kemudian menjadi ‘alaqoh(segumpal darah) selama waktu itu juga (empat puluh
hari), kemudian menjadi mudhghoh(segumpal daging) selama waktu itu juga, lalu
diutuslah seorang malaikat kepadanya, lalu malaikat itu meniupkan ruh padanya
dan ia diperintahkan menulis empat kalimat: Menulis rizkinya, ajalnya, amalnya,
dan nasib celakanya atau keberuntungannya. Maka demi Alloh yang tiada Rabb
selain-Nya, sesungguhnya ada diantara kamu yang melakukan amalan penduduk surga
dan amalan itu mendekatkannya ke surga sehingga jarak antara dia dan surga
kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu
dia melakukan amalan penduduk neraka sehingga dia masuk ke dalamnya. Dan
sesungguhnya ada seseorang diantara kamu yang melakukan amalan penduduk neraka
dan amal itu mendekatkannya ke neraka sehingga jarak antara dia dan neraka
hanya kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapka atas dirinya,
lalu dia melakukan amalan penduduk surga sehingga dia masuk ke dalamnya.”[1]
Garis besar dari hadis yang mulia ini
adalah bagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan Maha Kuasa memberitakan
melewati lisan nabi-Nya terkait alur penciptaan manusia yang diawali dengan
wujud sperma, kemudian menjadi gumpalan darah, kemudian gumpalan daging. Hingga
datanglah seorang malaikat yang siap menuliskan takdir untuknya dengan perintah
Allah Azza wa Jalla.
Menilik hadis di atas memberikan
faedah kepada kita tentang Maha Kuasanya Allah dan kesempurnaan PenciptaanNya
Subhanahu Wa Ta’ala. Dimana Dia mampu merubah wujud air yang tak berdaya
menjadi manusia yang sempurna.
Allah Ta’ala berkata,
هُوَ الَّذِي
يُصَوِّرُكُمْ فِي الأرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ
“Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana
dikehendaki-Nya.Tak ada Rabb (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Ali ‘Imran ayat 6)
Oleh karena itu, Allah adalah Dzat
yang berhak untuk diibadahi. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali
Dia. Bahkan ketika seorang manusia saja ketika baru keluar dari perut ibunya, sungguh telah
dimintai saksi oleh Allah Ta’ala akan kerububiyyahan-Nya.
Allah Ta’ala berkata,
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ
مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى
أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ
الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berkata): "Bukankah Aku ini Rabbmu?" Mereka menjawab:
"Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi". (Kami Allah lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Rabb)"(QS al-A’raf ayat 172)
Asy-Syaikh Abdurrahman
bin Nashir bin ‘Abdillah as-Si’di rahimahullah menjelaskan di dalam tafsirnya
berkenaan dengan ayat ini. Beliau menuturkan,
يقول تعالى: وَإِذْ
أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ أي: أخرج من
أصلابهم ذريتهم، وجعلهم يتناسلون ويتوالدون قرنا بعد قرن. و حين أخرجهم من بطون
أمهاتهم وأصلاب آبائهم أَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ أي:
قررهم بإثبات ربوبيته، بما أودعه في فطرهم من الإقرار، بأنه ربهم وخالقهم ومليكهم.
قالوا: بلى قد أقررنا بذلك، فإن اللّه تعالى فطر عباده على الدين الحنيف القيم.
فكل أحد فهو مفطور على ذلك، ولكن الفطرة قد تغير وتبدل بما يطرأ عليها من العقائد
الفاسدة، ولهذا قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ أي: إنما امتحناكم حتى أقررتم بما تقرر
عندكم، من أن اللّه تعالى ربكم، خشية أن تنكروا يوم القيامة، فلا تقروا بشيء من
ذلك، وتزعمون أن حجة اللّه ما قامت عليكم، ولا عندكم بها علم، بل أنتم غافلون عنها
لاهون. فاليوم قد انقطعت حجتكم، وثبتت الحجة البالغة للّه عليكم.
Allah
berfirman ”dan (ingatlah) ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka” yakni Dia mengeluarkan keturunan mereka dari sulbi mereka dan
menjadikan mereka beranak pinak dari satu generasi kegenerasi lain. ”dan”
ketika Dia mengeluarkan dari perut ibu mereka dan sulbi bapak mereka ”Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) bukankah Aku ini Rabbmu?” yakni dengan mereka mengakui RububiyahNya dengan fitrah yang Dia berikan kepada mereka
bahwa mereka mengakui bahwa Dia adalah Rabb, pencipta, dan pemilik mereka.
Merekapun menjawab ”ya, kami mengakui itu” karena sesungguhnya Allah telah
memfitrahkan manusia diatas agama yang lurus dan benar, akan tetapi
fitrah ini terkadang dirubah dan diganti oleh
perkara-perkara yang menyusup kepada akal dari akidah-akidah yang rusak.
Oleh karena itu, mereka
menjawab “betul (engkau Rabb kami) kami menjadi saksi (kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan sesungguhnya
kami (bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Rabb)” yakni kami menguji kalian sehingga kalian mengakui
apa yang terpatri di dalam jiwa kalian bahwa Allah adalah Rabb kalian karena bisa saja pada hari kiamat kalian mengklaim bahwa hujjah Allah belum tegak atas kalian dan kalian pun tidak
mempunyai ilmu tentangnya justru kalianlah yang
lalai dan teledor darinya. Pada hari ini hujjah kalian telah terputus dan yang tegak hanyalah hujjah Allah yang
kuat atas kalian.
Setiap manusia dilahirkan
di atas fitrah. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
ما من مولود إلا يولد
على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه
“Tidaklah seorang manusia lahir di dunia ini kecuali pasti ia
dilahirkan di atas fitrah. Namun
kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi” (HR.
Muslim, no. 4805)
Maka dari ini jelas bagi
kita bahwa manusia diciptakan dari setetes mani. Allah berfirman,
أَيَحْسَبُ
الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى.أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِنْ مَنِيٍّ يُمْنَى .
ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّى. فَجَعَلَ مِنْهُ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ
وَالْأُنْثَى .
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja
(tanpa pertanggung jawaban)?, Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan
(ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah
menciptakannya, dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan daripadanya
sepasang: laki laki dan perempuan.” (QS
al-Qiyamah ayat 36-39)
Setelah air mani itu
tumpah di dalam rahim wanita kemudian berlalu 120 hari. Saat itulah Allah
Subhanahu Wa Ta'ala menetapkan nasib anak tersebut sesuai dengan takdir-Nya
yang penuh dengan hikmah.
Termasuk takdir Allah
Subhanahu Wa Ta'ala Dia menetapkan manusia berada di dalam tiga kegelapan saat
masih berada di dalam kandungan ibunya. Allah Ta’ala berkata,
خَلَقَكُمْ مِنْ
نَفْسٍ وَاحِدَةٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ
الْأَنْعَامِ ثَمَانِيَةَ أَزْوَاجٍ يَخْلُقُكُمْ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ
خَلْقًا مِنْ بَعْدِ خَلْقٍ فِي ظُلُمَاتٍ ثَلَاثٍ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ
لَهُ الْمُلْكُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ
"Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia
jadikan daripadanya istrinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang
berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu
kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan.Yang (berbuat) demikian itu adalah
Allah, Rabb kamu, Rabb Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Rabb (yang berhak
disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?".(QS az-Zumar ayat 6)
Tiga kegelapan itu
sebagaimana yang dijelaskan oleh para mufassirin adalah kegelapan di dalam
perut, kegelapan di dalam rahim, dan kegelapan di dalam selaput yang menutup
anak dalam rahim ibunya. (Tafsir as-Sa’di surat az-Zumar ayat 6)
Begitulah kondisi keberadaan
janin di dalam perut ibunya. Yang dengan kasih sayang dan rahmat-Nya Allah
melindungi janin dengan selaput penjaga sehingga menjadi tempat yang kokoh.
Maha Suci Allah sebaik-baik Penjaga dan Pencipta yang Sempurna.
Sebagaimana yang telah
diketahui pula, bahwa manusia diciptakan dan berasal dari tanah. Allah berkata,
هُوَ الَّذِي
خَلَقَكُمْ مِنْ طِينٍ ثُمَّ قَضَى أَجَلًا وَأَجَلٌ مُسَمًّى عِنْدَهُ ثُمَّ
أَنْتُمْ تَمْتَرُونَ .
"Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu
ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk
berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya),
kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).” (QS al-An’am ayat 2)
Manusia Dari Tanah Atau Dari Air?
Lantas bagaimana dengan dalil yang menyatakan
bahwa manusia berasal dari air mani? Dan
ada juga dalil yang menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah? Bagaimana
pengkompromian keduanya? (yakni manusia berasal dari tanah dan berasal dari air
mani)?
Hal itu sebagaimana firman Allah Ta’ala yang
menceritakan tentang Iblis yang tidak mau sujud kepada Adam ‘alaihissalam
karena ia tercipta dari tanah, Allah berfirman,
قَالَ يَاإِبْلِيسُ
مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ
مِنَ الْعَالِينَ . قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ
وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ .
“Allah berfirman, "Hai iblis, apakah yang menghalangi
kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku[2].
Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang
(lebih) tinggi?". Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena
Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah".(QS Shad ayat 75-76)
Dalam ayat yang lain, Allah memberitakan bahwa
manusia diciptakan dari air mani. Allah Ta’ala berfirman,
أَيَحْسَبُ
الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى.أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِنْ مَنِيٍّ يُمْنَى .
ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّى. فَجَعَلَ مِنْهُ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ
وَالْأُنْثَى .
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja
(tanpa pertanggung jawaban)?, Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan
(ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah
menciptakannya, dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang:
laki laki dan perempuan.” (QS al-Qiyamah ayat
36-39)
Sungguh
al-Quran telah menjelaskan panjang lebar serta gamblang dari setiap perkara
yang terjadi di muka bumi ini. Mulai dari perkara yang terkecil hingga
terbesarnya. Begitupula dalam hal yang tampak dan tidak terlihat dengan
kasat mata. Sehingga agama Islam menjadi agama yang paling sempurna. Hal ini
selaras dengan perkataan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Allah berkata,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ
لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ
الْإِسْلَامَ دِينًا
"Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kalian agama
kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagi
kalian."(QS
al-Maidah 3)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah
menjelaskan di dalam tafsirnya mengenai ayat di atas, beliau menuturkan,
{ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ
لَكُمْ دِينَكُمْ ْ} بتمام النصر، وتكميل الشرائع الظاهرة والباطنة، الأصول
والفروع، ولهذا كان الكتاب والسنة كافيين كل الكفاية، في أحكام الدين أصوله وفروعه.
“Allah 'azza wa jalla telah menyempurnakan agama ini dengan
sempurnanya pertolongan, sempurnanya syariat secara lahir maupun
bathin. Begitupula terkait hal-hal yang sifatnya pokok ataupun cabang. Oleh karena itu al-Quran dan Sunnah telah benar-benar
sempurna pada permasalahan berbagai hukum syari'at baik pokok maupun
cabangnya.”
Tanpa diragukan lagi,
agama Islam adalah agama yang sempurna. Maka dari itu sesuatu yang telah
sempurna tidak perlu adanya istilah penambahan atau pengurangan. Karena bila
saja didapati adanya tambahan pada agama ini atau sebaliknya tidak bisa
dikatakan sebagai suatu yang telah sempurna.
Allah 'Azza wa Jalla berfirman,
بِالْبَيِّنَاتِ
وَالزُّبُرِ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ
إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
"Keterangan-keterangan
(mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu
menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkan"(QS an-Nahl
ayat 44)
Maka mengenai pengkompromian penciptaan manusia dari tanah dan air mani tadi, sejatinya tidak ada kontradiksi bagi orang yang memahami al-Qur’an. Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta'ala beritakan di dalam al-Qur’an, Allah berfirman,
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ . ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).” (QS al-Mukminun ayat 12-13)
Dijelaskan oleh al-Muafassir Imam as-Si’di rahimahullah, makna dari ayat di atas
adalah
فذكر ابتداء خلق أبي
النوع البشري آدم عليه السلام، وأنه { مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ } أي:
قد سلت، وأخذت من جميع الأرض، ولذلك جاء بنوه على قدر الأرض، منهم الطيب والخبيث،
وبين ذلك، والسهل والحزن، وبين ذلك.
“Allah menyebutkan awal
penciptaan moyang manusia, Adam, bahwa beliau berasal “dari suatu saripati dari
tanah,” maksudnya dihasilkan dan diambil dari seluruh jenis tanah. Oleh karena
itu, keturunannya lahir dalam warna seperti warna tanah. Ada yang baik, buruk
dan sedang-sedang saja, ada yang mudah, sulit dan yang bersifat antara
keduanya.”
Oleh karena itu Anda dapat menyaksikan anak Adam
warna kulitnya ada yang putih, coklat, merah, hitam[3] ada yang
baik dan ada pula yang buruk serta di antara keduanya.”
Setelah Allah 'Azza wa Jalla mengambil tanah sebagai awal mulanya. Dia jadikan dari
tanah tersebut Manusia yang sempurna dan darinya
saripati (mani) yang dapat keluar dari tulang sulbi anak Adam kemudian melalui
perkawinan tersimpan di dalam rahim. Sungguh Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
Menilik berbagai ulasan
diatas jelaslah bagi kita, bahwa proses penciptaan manusia pertama (Nabi Adam)
adalah memang berasal dari
tanah kemudian anak keturunannya berasal dari air mani yang ditumpahkan kedalam
rahim. Kemudian Allah lanjutkan dengan ketetapan alur
Penciptaan makhluk-Nya sesuai takdir dan
kodrat serta kekuasaan-Nya. Maha Suci Allah Sang Pencipta lagi Maha Sempurna.
Di antara takdir dan
kekuasaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala adalah Dia telah menciptakan janin yang
berada di dalam perut ibunya. Ada yang berupa laki-laki atau perempuan. Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
يَدْخُلُ الْمَلَكُ عَلَى النُّطْفَةِ بَعْدَ مَا تَسْتَقِرُّ فِي الرَّحِمِ بِأَرْبَعِينَ، أَوْ خَمْسَةٍ وَأَرْبَعِينَ لَيْلَةً، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ أَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ؟ فَيُكْتَبَانِ، فَيَقُولُ: أَيْ رَبِّ أَذَكَرٌ أَوْ أُنْثَى؟ فَيُكْتَبَانِ، وَيُكْتَبُ عَمَلُهُ وَأَثَرُهُ وَأَجَلُهُ وَرِزْقُهُ، ثُمَّ تُطْوَى الصُّحُفُ، فَلَا يُزَادُ فِيهَا وَلَا يُنْقَصُ
“seorang Malaikat masuk kepada (nuthfah) air mani setelah tinggal air
tersebut di dalam rahim wanita selama 40 atau 45 hari. Kemudian Malaikat itu
berkata, “Ya Rabbi apakah janin ini akan bernasib sengsara ataukah bahagia?”
kemudian dituliskan.Malaikat itu kembali bertanya, “Ya Rabbi janin ini
berbentuk laki-laki ataukah perempuan?” kemudian dituliskan.Selanjutnya
Malaikat tersebut menulikan nasib janin tersebut, kemudian ketetapan amalnya,
akibat dari amal perbuatannya, ajalnya, dan rezekinya.Lalu lembaran catatan itu
dilipat dan tidak akan dikurangi ataupun ditambah.”[4]
Sebelum kita melanjutkan
ke pembahasan berikutnya. Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, bahwa
tujuan penciptaan manusia dan jin adalah beribadah hanya kepada Allah semata
tidak ada sekutu bagi-Nya. Sebagaimana firman-Nya,
وَمَا خَلَقْتُ
الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS adz-Dzariat ayat 56)
Maka dari sini berarti kita telah
mengetahui bahwa Manusia dan Jin memiliki hikmah dan tujuan yang sama, dan
bahkan tidak dibiarkan begitu saja. Melainkan wajib atas mereka untuk beribadah
kepada Allah satu-satunya dan mengesakan-Nya. Dialah Sang Pencipta yang berhak
diibadahi.
Allah Ta’ala berkata,
وَمَا أُمِرُوا إِلا
لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ
وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan
salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS al-Bayyinah ayat 5)
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab bin Sulaiman rahimahullah mengatakan, “ Sang pencipta
segala sesuatu ini adalah paling berhak untuk diibadahi (yakni Allah Ta’ala).”
Lihatlah!
Berbagai dalil ini sebagai bukti bagi kita bahwa manusia tidaklah diciptakan
melainkan memiliki tujuan yang utama yakni beribadah hanya kepada Allah semata
tidak ada Rabb selain Dia. Sungguh balasan dan ganjaran teramat besar bagi
barangsiapa yang mau menaati perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Allah
Subhanahu Wa Ta’ala berkata,
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
.
“Dan barang siapa menaati
Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang
besar.” (QS al-Ahzab ayat 71)
Allah Ta’ala juga
berkata,
مَثَلُ الْجَنَّةِ
الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ
وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ
لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ
كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ
وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ
.
“(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada
orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang
tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah
rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya
dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya
segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, apakah sama dengan orang
yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga
memotong-motong ususnya?”(QS Muhammad ayat 15)
Maka berdasarkan ayat ini
termasuk makna takwa adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala
larangan-Nya. Sungguh tidak ada kemenangan yang besar dan paling agung kecuali
meraih surga Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Oleh karena itu sembahlah
Allah Dzat Pencita langit dan bumi!
Allah berkata,
وَمَا أَرْسَلْنَا
مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا
فَاعْبُدُونِ
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu,
melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada sesembahan (yang hak) melainkan Aku, maka
sembahlah Aku".(QS al-Anbiya AYAT 25)
Maka di atas pondasi
inilah kehidupan yang selamat dapat diraih karena hanya mengesakan Allahlah
tujuan manusia diciptakan. Sebab pondasi ini mengharuskan penganutnya untuk
mengenali Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah yang Husna.
Sebagaimana yang
dikatakan dalam pepatah, “ Tak kenal maka tak sayang.”
Oleh karenanya jikalau
saja seorang insan telah memahami Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah yang Husna,
mengenali segala perbuatan-perbuatan Allah Yang Maha Bijaksana, dan mengenali
Kekuasaan-nya, Keesaan-Nya, dan Maha kebesaran-Nya. Pastilah ia yakin akan ketuhanan
Allah Rabb semesta alam. Kita beriman bahwa Allah lah Rabb satu-satunya tidak
ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Dia.
Wallahu Ta'ala a'lam wa Nafa'allah bihil jamii'.
[4] HR Muslim dari Sahabat Huzaifah bin
Usaid.
[3] Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Auf, telah menceritakan kepada kami Usamah ibnu Zuhair, dari Abu Musa, dari Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam yang telah bersabda: “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambil dari seluruh bumi, maka Bani Adam muncul sesuai dengan tabiat tanah; di antara mereka ada yang berkulit merah, ada yang berkulit putih, ada yang berkulit hitam, serta ada yang campuran di antara warna-warna tersebut; dan ada yang buruk ada yang baik, ada pula yang campuran di antara baik dan buruk.” HR. Abu Daud dan Tirmizi telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Auf Al-A'rabi dengan lafaz yang semisal dan sanad yang sama. Imam Tirmizi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. (Tafsir Ibnu Katsir dari ayat 12 surat al-Mu’minun)
[2] Berdasarkan ayat ini menjadikan dalil penetapan shifat tangan bagi Allah. Yakni Allah memiliki kedua
tangan yang hakiki sesuai dengan kemuliaan yang pantas bagi-Nya. Namun kita
tidak mengetahui kaifiyyahnya dan cukup beriman serta meyakini bahwa tangan Allah
tidak sama dengan tangan makhluk-Nya.
Allah berkata,
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (11)
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat."(QS asy-Syuura 11)
Dan sungguh ahlut ta’thil (para
pengingkar shifat Allah) telah menafsirkan tangan Allah dengan tafsiran
bathil.Mereka mengatakan bahwa tangan Allah maksudnya adalah kenikmatan atau
kemampuan dan kekuasaan. (lihat kitab Mukhtashar Shawaaiq Mursala). Maka kita
bantah mereka sebagaimana yang diajarkan oleh asy-Syaikh Utsaimin rahimahullah
di dalam kitab syarhnya Lum’atul I’tiqad:
1. Mereka menyelisihi konsistensi Salaf.
2. Mereka menyelisihi tharikah salaf.
3. Mereka tidak memiliki dalil yang benar.
4. Dengan keyakinan mereka tangan diartikan dengan kenikmatan atau kekuasaan , maka bagaimana dengan perkataan Allah (yang telah Ku-ciptakan Adam dengan kedua tangan-Ku) apakah kemudianbermakna “yang telah Aku ciptakan dengan kedua nikmat-Ku” sungguh keyakinan mereka berkontradisi dengan al-Quran. Maka jelaslah aqidah mereka di dalam menetapkan tafsir dari sifat tangan Allah adalah bathil. Maka cukup bagi kita untuk beriman serta meyakini bahwa tangan Allah benar tangan yang hakiki namun tidak sama dengan tangan makhluk-Nya.
[1]HR. Bukhori dan Muslim.